Senin, 13 September 2010

sebatas khayalan

Tiap malam aku selalu melewati malam-malam yang sunyi, namun bagiku kesunyian adalah teman yang selalu ada saat aku bahagia dan berduka. Ketika malam datang aku akan merasa bahagia karena bagiku itu adalah duniaku, dunia yang penuh dengan kesunyian di mana pun aku berada. Di tengah hiruk-pikuk aku selalu merasa sepi dan sunyi. Mungkin orang bilang aku aneh, tapi aku bukan aneh, aku adalah aku. Aku hanya menyukai kesendirian aku sangat menikmati tiap detik kesunyian yang aku lalui dengan ditemani secangkir kopi dan sederet memori di masa lalu merupakan rutinitas yang kulalui di malam hari sebelum aku berangkat kerja dan di pagi hari aku tidur. Mungkin kalian pikir aku adalah kelalawar yang membuka matanya di kala matahari tenggelam dan menutup matanya di saat matahari terbit, tapi aku tidak sama dengan mereka karena mereka lebih beruntung dariku, mereka bisa mencari makan dan mendapatkannya dengan gratis.

Mereka terbang dari satu pohon ke pohon yang lain untuk mencari makan. Bila menemukannya maka kelalawar itu akan melahap makanannya dengan taring dan gigi-giginya yang tajam. Dan aku, aku tidak punya taring dan gigi yang setajam kelalawar untuk melahap dan mencabik-cabik mangsanya. Aku terlalu lemah apa karena aku terlalu lama berkawan dengan kesunyian sehingga tak ada satu pun keberanianku untuk mencabik-cabik mangsaku. Tiap malam aku selalu berteman dengan kesunyian walau ada seribu orang berada di sekelilingku, yang aku rasakan hanya kesunyian. Aku mencoba untuk berbaikan dengan takdir yang membawa kesunyian itu tapi percuma. Aku hanya akan menangis seperti aliran sungai yang selalu mengalirkan air.

Beribu kali aku mencoba keluar dari kesunyian ini tapi selalu gagal. Yang ada aku akan semakin masuk ke dalam kesunyian yang lebih dalam. Di sini pun, di tengah-tengah dentuman musik yang memecahkan telingan aku masih merasa kesepian, dan tiap kali aku ingin lari dari kesunyian itu maka aku akan selalu ada di tengah dentuman musik ini. Seringkali aku menghayal , membuat cupcakes untuk para pemesan, membungkus cupcakesnya sebagus mungkin dan mengirimkannya kepada pemesan, kemudian mendapatkan pujian dari mereka akan keahlianku membuat cupcakes. Ah… khayalan yang terlalu sederhana tapi begitu sulit bagiku untuk mencapainya.

Ketika aku terbangun di pagi hari yang cerah aku mendengar HP ku berbunyi. Aku meraih HP yang dari tadi berbunyi yang menandakan ada SMS masuk.

“pagi mbk, mbak aku lina, aku mw pesan cupcakes 20pc yah..aku mw yg sprt gmbr 03. tolong d antar ke alamat…”

Aku sumringah membaca SMS itu, secepatnya aku bangun dari tempat tidur, lalu mandi dan menyiapkan bahan untuk membuat cupcakes. Kuhiasi cupcakes sama persis dengan cupcakes yang diinginkan Lina. Beberapa menit kemudian cupcakesnya telah terbungkus kotak dengan pita yang menghiasi luarnya, rencananya aku sendiri yang akan mengantarnya ke rumah Lina sekalian aku ingin mampir ke swalayan. Aku melangkahkan kaki menuruni anak tangga di rumahku, namun tiba-tiba kakiku terpeleset dan aku terjatuh, aku merasakan sakit di bagian kepalaku, rasanya begitu nyeri sekali.

Ketika membuka mataku perlahan-lahan aku mendengar alunan musik yang keras sambil memegang kepalaku yang nyeri aku meraih gelas yang ada di meja depanku. Untuk yang kesekian kalinya untuk lari dari kesunyian dan khayalan itu aku kembali lagi di tengah dentuman musik ini.

by;violet

Tidak ada komentar:

Posting Komentar