Senin, 13 September 2010

kudekap sayangku selalu

“Di dalam hatiku ada sebuah kidung yang tak mampu mengalir seperti tinta diatas kertas, hanya dapat terucap lewat kata untuk cintaku yang selalu membalut tubuhku dengan kasih. Kekasihku ada dalam jiwa hatiku, bersemanyam yang lamat-lamat pecah menjadi bongkohan rindu, selalu…”

Kalimat itu mengalir dari jemari dalam lembar pertama diary hatiku, kata-kata yang mengalir dari perasaan terindah dalam hidupku.

Hhhh … Tidak ada ujungnya kalau aku bercerita tentang kekasihku, selalu panjang dan tak berujung. Saat itu aku bertemu gadis manis berkacamata di perpustakaan kampus kebanggaanku. Sejak saat itu aku tidak begitu berharap ingin memilikinya, karena aku tahu seribu lelaki larik-larik seolah menjadi bayangan baginya. Tapi, entah kekuatan dari mana, aku bertekat apapun yang terjadi aku ingin memilikinya. Kerikil tajam terhampar seolah menjadi jembatan paling mengerikan dalam hidupku. Hampir setengah tahun mengais cinta dalam kehampaan sampai akhirnya dia mau merangkulku dalam kata, kata terucap mejadi cinta dan cinta menjadi kasih. Hampir satu tahun menjalin kasih, penuh warna, kata, cinta, hingga aku merasa malam selalu tenang dan bulan sabit terlalu silau melebihi purnama. Bersamanya, berlayar dalam tangis, tawa, meniti waktu dalam naungan hati, disulami nyanyian angin bersama menganyam setia.

***

Tepat awal Januari, pukul 12.00, bertemu tempat kita memecah rindu, namun pada saat itu ada pertanyaan aneh yang keluar dari mulut kekasih hatiku.

“A, mana yang akan Aa pilih? Garis lurus atau garis lingkaran? Garis lurus berawal dari suatu titik dan akan bertemu pada titik yang berbeda, atau lingkaran , yang berputar dari satu titik dan akan bertemu pada titik itu pula.”

Pikiranku sibuk mencari jawaban yang tepat.

”Mmm, kalau garis lurus identik dengan kemudahan. Tidak rumit, enteng, dalam perjalannan hidup, Garis lurus berarti dalam setiap prahara yang dihadapi, dia selalu mengambil jalan cepat. Kalau lingkaran, bentuk dengan panjang, jauh, rumit, selalu berpikir panjang. Kenapa Yang, kalau kamu nanya itu?“ tanyaku heran.

“Mmm…..,” dia berpikir dengan sedikit air mata bergelinang dimatanya.

“Gak papa, A,” lanjutnya.
Aku sedikit terheran. Ditutup mukanya dengan jemari yang lentik, lalu dia menatapku. Matanya masih merah, aku tak bisa menjamah jiwanya.

“He….he …..becanda,” jawabnya enteng.

“Maksudnya? Ayo dong, jujur! Ada apa ?”

Dia menghapus air mata yang mengalir di pipi lembutnya.
“Mmmm, begini. Garis lurus itu berawal dari satu titik dan akan bertemu pada titik yang berbeda. Dalam menjalin hubungan, apabila menganut sebuah garis lurus, dalam artian menjalin cinta dengan hanya ingin foya-foya, main-main maka ia akan bertemu pada satu titik berbeda dengan kekasihnya. Sedangkan lingkaran, dalam menjalin hubungan mempunyai tekat untuk bersatu selamanya, menjalin kasih dengan ikatan hati, apapun rintangan dan hambatannya, walaupun sampai pada titik yang terjauh dari kebersamaan dia akan tegar untuik menjalaninya sampai pada akhirnya dia akan bertemu pada titik awal. Tapi…, kita pasti akan bertemu pada kebersamaan kembali,” tuturnya.
“Maksudnya apa, Sayang?”

“Alicyia pindah kuliah, A. Alicyia akan menemui keluarga Alicyia di Yogyakarta,” Alicyia menegaskan.

“Apa?!?!?“ Seolah ada belati lancip yang menusuk hatiku, aku tidak tahu bagaimana aku bisa jauh darinya, aku gak sanggup.

“Jangan tinggalkan Aa, Sayang. Aa gak sanggup didera rindu,” kata-kata itu mengalir dari hatiku yang paling dalam.

“Kita akan selalu merasa melangkah bersama kalau hati kita selalu saling merangkul. Alicyia yakin kita pasti bisa melewatinya. Aa percaya kan sama Alicyia ?” ujarnya.

“Aa yakin, Aa percaya, Aa gak ragu sayang. Tapi Aa pengen semua harapan yang sudah kita lukis di setiap lembar diary hati kita adalah nyata, nyata apa yang dirasa, nyata apa yang didengar. Aa pengen melewati setiap detik berada di samping Sayang. Aa pengen kita buktikan cinta kita adalah memang benar-benar cinta yang nyata tanpa alasan,” dengan semua kelemahanku kuungkapkan segala yang kudengar dari hatiku.

Aku merasa seakan bintang takkan lagi hadir menemaniku bersamanya di saat jelang fajar, takkan ada lagi bersama melihat pelangi cinta yang melayang di langit senja. Takkan ada lagi lingkaran air mata tawa, air mata bahagia, air mata kecewa, tak ada lagi kecupan hangat yang selalu kau titipkan lewat rembulan pasi di pagi hari saat aku membukakan mata menjemput hari.

Beberapa menit, semua hening, diam.

“Kapan rencananya Alicyia berangkat?”

“Akhir Januari ini” katanya. “A, Alicyia belum menjadi istri Aa. Masih ada yang harus Alicyia hormati, menuruti semua keinginannya, orang tua Alicyia A. Alicyia gak bisa menolaknya A,” tuturnya.
Aku tersenyum pahit, kupandang wajahnya yang penuh duka.

”Aa berusaha menerima semuanya, Sayang,” kurangkul tubuhnya erat, lama. Aku tidak bisa melepaskannya aku tak ingin jauh darinya.

***

Matahari berlalu untuk menyeberangi laut Barat, meninggalkan senyuman terakhirnya pada rerumputan. Siang telah tertidur, rembulan dengan cahaya peraknya bersinar menyinari malam kelam, kujatuhkan tubuhku dengan kehampaan hati diatas kasur, pikiranku tak bisa melupakan kata-kata pahit tentang kepergian Alicyia.

Hhhhh, apa kabar hari-hariku tentang dia? Kucoba pejamkan mata, tapi jiwaku tetap terjaga, bingung, kesal, capek, sedih, tercampur menjadi satu.

Tiba-tiba aku dikejutkan dengan suara handphone. Oh, SMS. Kubuka, Alicyia sayang.

“Nyalakan dalam hatimu
Sebuah bintang terang
Dengan kedipan indahnya
Kemudian biarkan dia
Berbisik padamu tentang
Keikhlasan CINTA
I Lv U…..”

Ikhlas !! Ya !!Aku harus ikhlas. Tapi …. Jemariku memaksa menekan huruf-huruf handphoneku. Replay, OK, Teks Messsage, OK.

“Sayang, keikhlasan memang sangat mudah untuk diucap, ketegaran memang mudah untuk didapat. Tapi ketegaran hati tak semudah kata yang diucapkan, karena hati tak setara dengan kata. Aa berusaha , sampai saat ini Aa berusaha segenap jiwa dan raga. Tapi Aa belum bisa membayangkan hubungan jarak jauh, hanya merangkul kata, mungkin Sayang bisa, tapi Aa ga bisa. Maafin Aa, Sayang ya.”
Send, OK.

“Sudah malam, kita lupakan sejenak masalah ini. Aa istirahat ya. Met malam, met bobo.I love u.” Alicyia.

Kututup rapat mataku yang basah, berharap agar saat terbangun pagi fajar telah mengabarkan kabar baik untukku.

***

Alicyia memeluk erat lenganku.

“Hari ini adalah hari terakhir kita bertemu, A. Alicyia harap, di hati Aa sudah ada keihklasan untuk melepaskan Alicyia, agar Alicyia bisa ringan melangkah walaupun tanpa Aa. Kita berusaha ya. Yang penting kita jaga hati kita, dan Alicyia akan selalu memeluk sayang Aa selalu, dan kita pasti akan bertemu lagi.”

Aku tak mampu berkata apa-apa hanya mampu menyaksikan gemercik air hujan dan merasakan basahnya malam dengan gerimisnya yang membuat hatiku semakin sendu.

***

“Kekasihku telah pergi, meninggalkan segala keindahan, walau semuanya belum sirna. Cinta masih dan akan selalu bersatu diantara hati kita. Kita akan bertemu lagi, aku akan menjemputmu, menjadi pengantin abadiku.”

Kalimat itu tertulis di halaman terakhir diary hatiku, saat ini , malam telah meraja, semua mahluk telah tertidur, aku duduk seorang diri dibawah awan hitam tanpa bintang, kadang bernyanyi, kadang berteriak, aku disini, terjaga, selalu terjaga. Sendiri…..

****

KRIIIIING……..
Dengan malas, aku berusaha membuka mataku, kulihat jam pukul 05.30. Handphone terus saja berdering, dengan lemas, kuangkat.
“Ya,” sapaku singkat.

“Met pagi Aaku sayang. Baru bangun tidur ya?” Alicyia dengan suara manjanya.

“Eh , Sayang. Iya nih, ngantuk banget. Eh, gimana hari pertama di Yogya? Seneng? Rame?”

“Tasik? Siapa yang di Yogya? Alicyia masih disini A. Aa mimipi ya?” jawabnya heran.

“Apa ? Sayang masih di Banjarmasin ya?” tanyaku tenang.

“Iya dong, A,” ujarnya kemudian.

“Berarti Aa mimpi??? Ya ampuun!!!”

“Ada kabar gembira buat Aa. Masih lima bulan lagi Alicyia disini, A. Orangtua Alicyia memberikan kesempatan buat Alicyia.”

“Apa? Aa senang banget, Sayang!!!”

“……”
“Hallo… hallo… Sayaaang!!”
“……”

“Kok diem? Kenapa?”

“Kangen,“ katanya.


by;allicya ashar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar