Hirata kesal karena siang ini pengajuan idenya demi menyelamatkan Bogor City, salah satu dari beberapa kota yang masih bertahan selama perang berlangsung, dianggap suatu tindakan anarkis yang dapat merugikan negara. Bayang-bayang kemelut di konferensi tadi memicu amarah Hirata hingga ia membanting keras commachinenya, alat komunikasi yang dapat menjangkau seluruh ruang dengan siapapun. Sial! Ia memeras rambutnya. Tapi tiba-tiba ia teringat Professor Robert yang tadi bersikap sangat manis. Biasanya dengan congkak ia melipat kedua tangannya dan melontarkan berbagai argumen yang mematahkan semangat. Aneh bin ajaib lelaki itu tiba-tiba datang setelah sekian minggu menghilang, padahal dia adalah salah satu tokoh penting yang banyak berjasa dalam pembangunan teknologi sejak tahun 3001 dan meski tabiatnya sangat tidak disukai kebanyakan orang.
Tanpa berpikir panjang Hirata menancap gas airmobilenya. Ia melesat cepat di udara dengan kecepatan tinggi melewati gedung-gedung pencakar langit dan lampu-lampu satelit pengintai. Demikian lihai dan cekatan hingga ia tidak menyentuh sedikit pun airmobile yang saling berseliweran di udara.
Lama-kelamaan airmobilenya terasa berat dan mendadak terhenti di atas gedung labolatorium Dr. Blogs di Darmaga Park. Ia mendarat perlahan dan mendapati Kent, asisten Professor Robert yang berdiri seolah penjaga gedung dengan muka sangar. Mendapati kejanggalan itu Hirata merasa perlu mencari tahu.
“Hi Kent, apa yang kau lakukan disini, apa kau bersama Professor Robert?” tanya Hirata.
Matanya menyapu bersih seluruh lekuk tubuh lelaki tegap itu, memastikan bahwa Kent tidak membawa senjata tajam seperti layaknya bodyguard-bodyguard perlente macam Professor Robert. Hirata tahu, Professor Robert memiliki arogansi yang luar biasa, tapi kecanggihan dan kejeniusannya tetap berpihak pada pemerintah. Menurutnya, Professor Robert hanya gila lisensi dan ambisinya untuk menjadi ketua labolatorium teknlogi milik Dr. Blogs. Lalu apa maksudnya mereka datang ke tempat ini, mengingat bahwa mereka tidak pernah akur sejak awal. Sejenak Hirata menatap tower tinggi yang menjulang di samping gedung. Hirup pikuk airmobile di langit membuat dirinya tidak sadar kalau ada salah satu dari airmobile tersebut yang sedari tadi mondar-mandir menunggu sesuatu.
Hirata menatap lembut pada Kent, lelaki yang memiliki otak mesin ini kadang mampu membaca gerak gerik lawannya, jadi Hirata harus berhati-hati.
“Well, sampai berjumpa lagi!” ucap Hirata. Ia melangkah masuk ke dalam labolatorium yang di kanan kiri bangunannya terdapat pilar-pilar besar.
Hirata menghadapkan kartu identitasnya pada sebuah mesin scanner, dan beberapa detik kemudian pintu yang terbuat dari kaca tinggi besar dan dilengkapi mesin-mesin canggih itu terbuka otomatis disertai sambutan dari suara lembut sang operator digital hologram.
Belum saja ia memasuki ruang kerja Dr. Blogs, Hirata mendengar nada-nada suara tertekan dan mengancam. Ia menoleh sedikit dari balik dinding. Betapa tercengangnya ia ketika mendapati Proffesor Robert sedang mencengkram kerah Dr. Blogs. Sementara tangan yang lainnya menghunuskan mata Glock 18C Select Fire, pistol yang dapat menjangkau dan membuyarkan seluruh isi otak dengan hanya sekali tembak. Dr. Blogs tidak memiliki daya apapun kecuali tubuh tua dan ringkihnya sebagai penahan tubuh Professor Robert yang tinggi besar. Hirata terus mencermati percakapan mereka.
Sial! Hirata mengutuk dirinya sendiri karena idenya untuk menghubungi John kandas mengingat satu-satunya commachine yang ia miliki hancur berkeping-keping. Benak Hirata mencerna maksud Proffesor Robert yang meminta paksa mindset chip miliknya sendiri. Apakah Dr. Blogs telah mencuri mindset chip miliknya? Untuk apa? Meski pemikiran sepanjang hidup Proffesor Robert sangat terkenal dan bersejarah, mustahil Dr. Blogs berambisi untuk merebut semua ide-idenya karena Dr. Blogs sendiri jauh lebih berpengalaman Aneh, ini benar-benar janggal!
Mata Hirata beralih pada rekaman video maya yang muncul dari sinar commachine milik Profesor Robert. Ia terbahak-bahak saat memperlihatkan karya-karya menariknya. Sejumlah daerah kawasan Bogor City hampir tenggelam oleh sampah-sampah hidrolik yang sengaja dihamburkan oleh pesawat gila rancangannya, belum lagi kebakaran dan lalu lintas air mobile yang dikacaukan oleh sistem magnetis bertekanan tinggi yang ditanam pengikutnya di dalam tanah. Pantas tadi airmobilenya terasa semakin berat!
Dengan cekatan Hirata menangkis serangan sang Professor saat tangannya akan menghujam wajah Dr. Blogs. Ia pun berteriak ketika meninju wajah kaku itu. Lagi-lagi sial. Kali ini ia mengibas-ngibaskan jemarinya yang luka. Sekeras itukah tengkorak kepala Profesor Robert?! Dr. Blogs mundur perlahan dan meneriakan sesuatu. Menakjubkan! Profesor Robert merobek kulit mukanya. Ternyata dia adalah 1R-3003 robotic series. Lalu dimana Profesor Robert?! Pertempuran sengit itu berlanjut, terlebih saat Kent dan puluhan pengaman lain masuk. Alarm gedung berteriak-teriak, beberapa lab penting terkunci otomatis dan sang operator digital hologram ribut sendirian.
Hirata dan Dr. Blogs lari sekuat tenaga menjauhi 1R-3003 robotic series buatan musuh yang sengaja dikirim untuk mencuri gagasan-gagasan Professor Robert tentang rancangan pembuatan senjata nuklir yang tersimpan dalam mindset chipnya.
“Dokter, jadi selama ini…?!” tanya Hirata, suaranya nyaris hilang terbawa angin tapi Dr. Blogs segera menanggapi.
“Ya, kita tahu Profesor menghilang selama beberapa minggu. Ternyata musuh menculiknya, tapi mereka tidak beruntung karena ternyata tidak membawa Profesor bersama mindset chipnya. Itulah kepintaran Profesor Robert,” jelas Dr. Blogs.
Ia berhenti sebentar karena kelelahan, Hirata terus memaksa Dr. Blogs untuk mempercepat langkah karena suara tembakan dan langkah kaki semakin jelas terdengar, sementara asap mengepul dimana-mana. Akhirnya mereka berhasil masuk ke ruang monitoring.
Dari layar monitor mereka dapat melihat 1R-3003 robotic series masih bertempur melawan staf-staf pengaman labolatorium. Dr. blogs mencoba mengaktifkan smart weapon control yang tersembunyi di celah-celah setiap ruangan gedungnya dan menghujani 1R-3003 robotic series dengan ribuan peluru. Hirata membantu sebisa mungkin dan dengan mudah ia menyerap semua petunjuk Dr. Blogs.
BOMM…!!! Ruangan itu meledak sesaat setelah 1R-3003 robotic series mendapati kamera pengintai, dan ia pun menghilang ketika asap-asap mulai menipis. Celaka! Hirata mencari akal untuk bisa melarikan diri ketika ia melihat 1R-3003 robotic series berlari menuju ruangannya.
Dr. Blogs menggiring Hirata ke sebuah ruangan kecil dan menyuruhnya berdiri dengan menggunakan virtual glasses, dan sesaat kemudian ia sudah berhadapan dengan 1R-3003 robotic series. Dalam percakapan itu 1R-3003 robotic series menceritakan maksudnya, tapi tetap saja 1R-3003 robotic series hanya sebuah robot yang di kontrol sebuah mesin dan disusupi misi-misi busuk musuh.
1R-3003 robotic series berlari mengejar Hirata yang terbentuk dari digital hologram menuju ruang simpan kerangka meriam. Hirata terus berlari kemudian ia berhenti di depan dinding-dinding kaca sambil menghunuskan M249 PARA Light Machine Gun dengan reload speed tingkat tinggi. 1R-3003 robotic series melompat keluar jendela hingga ia jatuh ke halaman gedung yang sudah penuh dengan lalu-lalang penduduk dan mobil-mobil polisi.
“Dia kabur!” teriak Hirata.
Matanya terus mengikuti 1R-3003 robotic series yang ternyata masih harus menghadapi peluru-peluru staf pengaman labolatorium di luar sana. Ia berusaha memanggil airmobile yang sejak awal hanya mengitari lokasi gedung lewat commachinenya. Dr. Blogs memberi perintah agar Hirata tidak melepas virtual glasses. Ia menekan beberapa tombol kontrol mengikuti perintah yang tertera layar komputer. Beberapa detik kemudian lantai halaman kiri gedung terbuka lebar dan dari dalamnya muncullah M115 203 mm howitzer, sebuah meriam canggih yang dibuat waktu perang dunia kedua. Kini meriam itu semakin canggih berkat sentuhan Dr. Blogs karena dilengkapi monitoring sistem dan beberapa panel control yang dapat digunakan dari jarak jauh.
1R-3003 robotic series berhasil naik ke airmobilenya. Dia begitu cekatan meski tangan kirinya berhasil dilumpuhkan. Sementara Dr. Blogs masih mengutak-utik tombol kontrol.
Moncong panjang dan besar M115 203 mm howitzer bergerak ke arah yang ditunjuk. Dapat dipastikan sekali saja meriam ini mengenai sasaran, maka korban akan hancur lebur. 1R-3003 robotic series terjebak perangkapnya sendiri. Airmobilenya tidak dapat melaju kencang karena daya tarik magnet yang tertanam didalam tanah semakin besar ketika semakin banyak mesin-mesin di atasnya berseliweran. Kesempatan Kent lewati. Ternyata manusia setengah robot itu juga punya hati nurani ketika tahu majikannya diculik musuh. Ia melompat ke airmobile milik 1R-3003 robotic series yang masih berada di bawah dua meter dari permukaan tanah. Mereka bergelut sementara Dr. Blogs mulai menghitung mundur dari angka tiga sebelum menekan tombol yang dapat meluluh lantahkan 1R-3003 robotic series dan airmobilenya, tapi Hirata mencegah karena di sana ada Kent.
“Tenanglah Hirata, karena Profesor bisa menciptakan Kent-kent yang lain,” ungkapnya, kemudian ketika hitungannnya mencapai akhir, bersamaan itu pula telunjuknya menekan tombol kontrol yang membuat meriam itu memuntahkan bola api besar dan…
BOMMmm…!!!! Airmobile meledak bersama seluruh isinya dan saat itu juga langit berubah gelap penuh dengan asap-asap tebal dan putih. Airmobile hancur berkeping-keping dan berjatuhan. Semua terkesima melihat kecanggihan teknologi terbaru Dr. Blogs yang telah lulus seleksi dua bulan yang lalu. Hebat… Desis Hirata yang kemudian keluar gedung menyaksikan salah satu kekalahan musuh dari sekian strateginya untuk menumbangkan kota ini.
[]
Beberapa menit kemudian mesin-mesin pengangkut otomatis datang membersihkan lingkungan sekitar. Polisi-polisi juga mulai memasang alat segel otomatis yang sorot kuningnya muncul dari tiang-tiang yang dipasang di beberapa titik.
Perang belum selesai dan pencarian Profesor Robert pun harus segera dilakukan karena semua rancangan pembuatan senjata nuklir tersimpan dalam mindset chip miliknya. Hirata menyusuri seluruh kawasan Bogor City dan mengamati perkembangan di sana setelah hujan sampah hidrolik dan kebakaran terjadi di mana-mana. Namun kelelahan yang menghujam membuatnya tidak sanggup untuk membuka mata lebih lama.
“Moonlight Sonata Classical musik, Ludwig van Beethoven. Play now!” kata Hirata. Beberapa detik kemudian automatic digital tape memutar musik yang ia katakan setelah alat pemutar musik sekaligus perekam itu berhasil menangkap identitas suaranya.
by;winsuf maulana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar