Begitu semua angan terbang dengan gumpalan kerinduan, langkah kaki kecil ini seolah tak berarti apa-apa. Dedaunan yang telah mengering dan berubah warna, berguguran menunggu usia senja. Dengan luka yang begitu dalam dan tak yakin akan terobati, aku berjalan menyusuri kegamangan waktu. Mungkin menunggu yang tak mungkin datang, mungkin mencari sesuatu yang tak akan ditemukan, atau mungkin berlari mengejar sesuatu yang tak pasti.
Aku di sini. Tertatih untuk kesekian kali berada dalam posisi yang sama. Tersakiti oleh semua yang selama ini kuanggap mampu membahagiakanku. Kurasa luka ini tak akan pernah hilang, hingga membekas di kedua mata dan pikiran ini. Kedua mata yang selalu mengalirkan airmata dan pikiran yang selalu terkungkung oleh hal yang membuatku terpuruk. Seperti bangkai penuh lalat aku di sini. Tak berguna.
Menghina diri. Mungkin itu yang mampu kulakukan untuk menebus dosa. Mungkin hanya kunang-kunang malam yang menjadi saksi betapa aku tersiksa dengan semua ini. Tegar. Hanya kata itu yang kubutuhkan kini. Bukan belas kasih tangan-tangan tak bertuan. Bukan hamburan kertas tak bernilai, tapi hanya sebuah pengertian akan indahnya kebersamaan.
Dimana mimpi indah itu?
Sedang dengan bayang pun, aku enggan bertanya…
by;chimoetz
Tidak ada komentar:
Posting Komentar