Menurut penulis, mereka yang berada di pusat kekuasaan terlalu terbiasa memandang Indonesia sebagai Jakarta, pun dalam hal pertelevisian. Pemerintah dengan mudah bersimpati dengan kesulitan yang dirasakan oleh stasiun-stasiun televisi besar di Jakarta yang sebenarnya secara konsisten dan berkelanjutan memang berusaha menggagalkan demokratisasi penyiaran seraya mengabaikan sama sekali persoalan besar yang dihadapi lembaga-lembaga penyiaran swasta dan komunitas yang dikembangkan di luar Jakarta.
Sampai sekarang, stasiun-stasiun televisi di luar Jakarta masih bertahan hidup dengan keyakinan. Keluhan mereka tidak pernah didengar. Keluhan mereka tidak pernah dijadikan bahan pertimbangan. Pemerintah hanya mau mendengar keluhan para pemodal besar di Jakarta. Benarkah?
Buku ini berusaha menjelaskan kepada pembaca bagaimana amanat demokratisasi penyiaran akhirnya tak kunjung terwujud karena segenap pihak yang seharusnya menegakkannya, memilih untuk membiarkan “pembusukan” terjadi. Siapa pihak-pihak itu? Semua dibahas lengkap di buku ini!
sumber;bentang pustaka
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar