ALERGI sebagai bentuk reaksi menyimpang dari tubuh ternyata bisa menimpa siapa saja termasuk anak-anak. Kenyataannya, setiap orang memang memiliki risiko mengidap alergi meskipun tidak ada riwayat penyakit ini di dalam keluarga.
Menurut dr Iris Rengganis SpPD-KAI, staf pengajar dari Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Divisi Alergi Immunologik Klinik, FKUI/RSCM, seseorang yang dalam keluarganya tidak mempunyai riwayat alergi setidaknya berisiko mengalami penyakit ini antara 10 hingga 15 persen.
“Bilamana jumlah orang tua pengidap alergi tidak ada, kemungkinan anaknya untuk bisa alergi sekitar 10 sampai 15 persen ,” ujarnya dalam media edukasi tentang alergi di Jakarta, Selasa (21/10) lalu.
Risiko seorang anak mengidap alergi, lanjut dr Iris, akan jauh lebih besar apabila dipicu oleh hadirnya faktor genetika di mana salah satu atau kedua orangtuanya mengidap alergi. “Kalau salah satu orang tua ada yang alergi, kemungkinannya bisa mencapai 30 persen. Bilamana kedua orang tuanya alergi, risikonya menjadi hampir 50 persen,” tegasnya.
Ia menekankan pula, bila dalam sebuah keluarga ada beberapa anak, tidak semua anak memiliki risiko yang sama. “Tidak semua anak, tetapi bisa salah satu anak, atau dua dari tiga anak. Jadi tidak tergantung pada jumlah,” tambahnya.
Bentuk atau jenis alerginya pun menurut dr Iris tidak harus selalu identik atau sama dengan orang tuanya. Sebagai contoh, bila sang ibu mengidap alergi asma atau ayahnya alergi gatal karena udang, anaknya tidak harus selalu memiliki jenis alergi salah satu di antara alergi tersebut.
Anak laki-laki
Selain faktor keluarga, faktor jenis kelamin juga sedikit mempengaruhi risiko alergi pada anak. Menurut dr Iris, risiko alergi pada anak khususnya di bawah usia 12 tahun cenderung lebih besar dialami laki-laki ketimbang perempuan mengingat kematangan organ khusunya saluran pernafasan.
“Saat masih di bawah 12 tahun, risiko perempuan mengalami alergi memang lebih sedikit daripada pria. Kenapa? Karena pada masa itu proporsi saluran pernafasan laki-laki belum begitu sempurna seperti wanita. Tetapi pada masa menjelang dewasa ketika dewasa, besar risikonya akan sama. Pada masa hamil, wanita yang punya asma kemungkinan bisa kambuh lagi karena dipicu faktor hormonal , meskipun tidak semua akan mengalaminya karena ini sangat individual,” paparnya.
Untuk menekan risiko alergi pada anak, dr Iris menyarankan untuk menghindarkan anak dari lingkungan atau suasana yang mencetuskan alergi. Karena dengan paparan yang terus menerus terhadap lingkungan yang banyak alergen, seseorang makin lama akan menjadi sensitif terhadap alergi.
“Jadi dari kecil kita jangan dibiasakan dengan lingkungan alergi misalnya di rumah jangan terlalu banyak karpet, kasur kapuk atau benda-benda yang bersifat alergen. Makin kita cepat terpapar, makin mudah kita alergi. Jadi, lingkungan di rumah itu jangan dibikin rentan alergi dari kecil,” jelasnya.
sumber http://lumakita.blogspot.com/2010/01/awas-risiko-alergi-mengintai.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar