Yang dimaksud dengan akuntansi zakat adalah bingkai pemikiran dan aktivasi yang mencakup dasar-dasar akuntansi dan prose-proses operasional yang berhubungan dengan penentuan, penghitungan dan penilaian harta dan pendapatan yang wajib dizakati. Menetapkan kadar zakatnya dan pendistribusian hasilnya kepada pos-posnya sesuai dengan hokum dan dasar-dasar syariat islam.
2.2. Akuntan Zakat (Kepribadian, Kualitas, Intelektual dan Kerja)
Akuntan zakat adalah seseorang yang memenuhi kelayakan baik dari segi kepribadian, intelektual, maupun kinerjanya bagi proses penghitungan zakat dan pembagiannya kepada yang berhak, menyampaikan keputusan-keputusan tentang hal tersebut kepada waliyul amri (pemimpin)sesuai dengan hokum-hukum dan dasar-dasar syariat islam dan dasar-dasar akuntansi yang dikenal dalam bidang zakat.
Diantara syarat yang harus terpenuhi pada diri seorang akuntan zakat adalah:
1. Muslim, mukallaf dan baligh
2. Mengetahui atau mempunyai ilmu dibidang Al-Quran dan sunnah Rasullullah SAW
3. Mempunyai tentang ilmu fiqih zakat dan dasar-dasar penghitungannya
4. Harus terpenuhi pada dirinya sifat-sifat ikhlas, jujur amanh, mampu, iffah dan kemulyaan
5. Cerdas, sensitive dan tajam perasaannya
6. Mampu untuk mengambil keputusan
Akuntan zakat (amil zakat) dalam penerapan zakat kontemporer mengaku beberapa tugas penting berikut:
1. Menentukan dan membatasi orang dan harta yang tunduk kepada zakat
2. Menentukan dan membatasi orang yang berhak menerima zakat
3. Menghitung kadar zakat sesuai dengan hokum fiqih
4. Membagi zakat kepada pos-posnya yang syar’i
5. Mengaukan ketetapan zakat kepada waliyul amr (pemimpin)
2.3. Beberapa Pemahaman Akuntansi Zakat
Ada beberapa pemahaman/istilah tentang zakat yang wajib diketahui adalah sebagai berikut:
1. Al-Maujudat Al-Zakawiyah: yang dimaksud dengan al-maujudat al-zakawiyah adalah jenis harta yang memenuhi syarat untuk tunduk kepada zakat sesuai dengan macam dan enis harta.
2. Tanggungan dan tuntutan yang harus dilunasi, yaitu tuntutan-tuntutan yang harus dipenuhi dari harta yang tunduk kepada zakat yang mengurangi jumlah harta wajib zakat, sehingga harta yang tunduk kepada zakat merupakan harta yang dimiliki oleh muzakai secara sempurna, tidak ad tanggungan hutang yang harus dilunasi.
3. Wi’a al-zakat (tempat zakat): yaitu harta bersih yabg harus dikeluarkan zakatnya, wi’a zakat ini diperoleh dari jenis harta wajib dizakati dikurangi tanggungan dan tututan yang harus dibayar.
4. Nisab zakat: kadar jumlah harta yang mana ika wi’a zakat (harta wajib zakat setelah dikurangi semua tuntutan yang harus dibayar) sampai kepada jumlah tersebut, maka harta tersebut tuduk kepada zakat, sebaliknya jika kurang dari jumlah tersebut maka tidak wajib dikeluarkan zakatnya.
5. Harga zakat: nisbah prosentase harta yang dikhususkan untuk zakat. Harga zakat ini berbeda antara zakat satu dengan zakat lainnya.
6. Jumlah zakat: jumlah harta yang dihitung sebagai zakat dengan cara mengalikan wi’a zakat (tempat zakat) ketika memenuhi sab dengan harga zakat.
2.4. Asas-asas Penghitungan Zakat
Penghitungan zakat tunduk ke beberapa asas yang diambil dari hukum dan dasar-dasar fiqih yaitu:
1. Asas tahunan: zakat harta dihitung ketika telah melewati dua belas bulan hijtiyah. Tahunzakat dimulai ketika harta tersebut mencapai niasab, selain zakat harta pertanian yang dihitung zakatnya pada waktu panen dan jakat rikaz yang wajib dikeluarkan zakatnya pada waktu menemukannya.
2. Asas independensi tahun zakat: setiap tahun zakat independen dari tahun-tahun zakat lainnya (tahun sebelum dan sesudahnya), tidak boleh mewajibkan dua zakat atas satu jenis harta dalam tahun yang sama, sebagimana satu jenis harta tidak boleh tunduk kepada zakat dua kali dalam setahun.
3. Asas terealisasinya perkembangan (an-nama) dalam harta yang tunduk kepada zakat baik secara riil maupun prediksi dan maknawi, artinya harta yang tunduk kepada zakat haruslah harta yang berkembang seperti harta perdagangan dan binatang ternak atau harta tersebut dihukumi sebagai harta berkembang seperti harta tunai yang tidak diinvestasikan, yang mana ika harta tersebut diinvestasikan akan berkembang.
4. Asas penghitungan zakat atas semua harta (Jumlah kotor) atau atas jumlah bersih harta sesuai dengan jenis zakat. Misalnya zakat harta tunai dihitung atas seua harta dan perkembangannya sedang zakat harta mustaghalat (harta yang diliki untuk mendapat pemasukan) dan zakat gaji dihitung atas jumlah bersih harta setelah dikurangi pembiayaan yang harus dikeluarkan.
5. Asas penghitungan nialai harta zakat berdasarkan nilai (harga) pasar yang berlaku pada waktu pembayaran zakat. Misalnya harta perdagangan dihitung nilainya berdasarkan harga grosir (partai) dipasar dan zakat piutang dihitung berdasarkan nilai/umlah yang diharapkan pelunasannya.
6. Asas penggabungan harta-harta yang sejenis yang sam haul, nisab dan harga zakatnya; seperti barang perdagangan digabungkan dengan harta tunai, simpanan gaji dan pemberian.
7. Asas pengurangan harta yang wajib dizakati oleh tuntutan dan kewajiban jangka pendek (kontan), sedang kewajiban jangka panjang yang mengurani harta zakat adalah bagian yang harus dibayar pada tahun itu.
2.5. Table Penghitungan Zakat (Untuk Perniagaan)
Tabel penghitungan zakat untuk barang perdagangan dan industri
Jenis harta Nama zakat Nisab Kadar zakat
Barang perdagangan dan industry mencakup:
· Barang dengan segala bentuknya
· Surat-surat perdagangan
· Surat-surat berharga yang beredar
· Investasi dibank
· Bank dan lembaga keuangan lainnya
Hal-hal diatas disyaratkan untuk disimpan dengan niat untuk perdagangan
· Dari semua diatas dikurangi tanggungan dan kewajiban angka pendek, hasil bersihnya itulah tempat zakat
Zakat barang perdagangan Senilai 85 gram emas 21 karat dan dihitung berdasarkan harga dinegara tempat penghitungan zakatnya. · Harga zakat: 2,5%. Barang dihargai sesuai dengan harga pasar (harga partai, bukan eceran)
· Piutang pelanggan, tanggungan dan piutang lainnya dihargai berdasarkan atas harga yang baik.
· Surat-surat perdagangan dihargai berdasarkan atas harga yang baik.
· Menjauhkan diri dari riba jika ada.
2.6. Yang Berhak Menerima Zakat
Orang yang berhak menerima zakat adalah berdasarkan firman Allah dalam Al Qur’an surat At Taubah ayat 60 yang artinya: “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah maha mengetahui lagi maha bijaksana”.
Berdasarkan ayat tersebut, orang-orang yang berhak menerima zakat adalah:
a. Fakir
Yaitu orang yang tidak mempunyai barang apapun dan tidak mempunyai usaha yang dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.
b. Miskin
Yaitu orang yang mempunyai barang atau pekerjaan tetapi selalu kekurangan/tidak mencukupi kehidupan sehari-hari.
c. Amil
Panitia atau pengurus zakat
d. Muallaf
Yaitu orang yang baru masuk agama Islam
e. Memerdekan budak
Budak yang telah dijanjikan merdeka oleh tuannya, jika sanggup dengan membayar tebusan sejumlah uang.
f. Berhutang
Orang yang tidak sanggup membayar hutang.
g. Fisabilillah
Orang yang sedang melakukan perjalan untuk kepentingan agama atau mendekatkan diri kepada Allah SWT (mendirikan masjid, madrasah dan lain-lain)
h. Ibnu Sabil (musafir)
Orang yang terlantar dalam perjalanan atau kehabisan bekal
2.7. Fungsi zakat
Ada dua fungsi zakat, pertama terhadap yang berzakat dan kedua bagi sosial:
a. Bagi yang berzakat berfungsi sebagi berikut:
· Melaksanakan kewajiban sebagai seorang muslim dan sebagai tanda ucapan syukur kepada Allah SWT.
· Mensucikan harta yang diamanahkan Allah SWT.
· Menghilangkan sifat kikir dan tamak.
b. Bagi social berfungsi meliputi seperti:
· Meringankan hidup bagi fakir dan miskin.
· Menumbuhkan sikap persaudaraan antar muslim.
· Memeberi ketentraman bagi orang-orang yang baru memeluk agama islam.
· Menunjang suksesnya pembangunan sarana umat islam
· Mengurangi kejahatan dalam masyarakat.
- Meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat.
Referensi:
DR. Hasyan, Syahatah. 2004. Akuntansi Zakat. Jakarta. Pustaka Progresif.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1997/1998. Pendidikan Agama Islam. Jakarta.
sumber http://islamattrigonal.blogspot.com/2010/12/dasar-dasar-akuntansi-zakat.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar