Sabtu, 30 April 2011

efek samping antibiotik pada anak

Antibiotik merupakan salah zat yang sangat berguna dalam dunia farmasi. Beberapa dokter anak kerap menggunakan antibiotik dalam resep dokter untuk menyembuhkan berbagai keluhan yang diberikan oleh pasien anak. Namun demikian ibu perlu waspada karena penggunaan antibiotik secara tidak rasional sebetulnya tidak diperkenankan dan justru menimbulkan efek yang kurang baik bagi pasien.

Menurut penelitian memang bayi termasuk golongan usia yang biasa menjadi obyek penjualan antibiotik melalui berbagai resep yang dikeluarkan oleh dokter anak. Sampai saat ini memang masih kerap ditemui adanya dokter anak yang memperlihatkan sikap tidak suka ketika menghadapi pasien yang suka bertanya dan kritis. Berlawanan dengan itu ada juga pasien yang memiliki sikap pasrah atas apapun resep dokter yang diberikan untuk anak/bayi.

Antibiotik berasal dari kata anti dan bios (hidup, kehidupan). Antibiotik sebagai satu kesatuan merupakan salah satu zat yang dapat digunakan untuk membunuh dan melemahkan bakteri, parasit ataupun jamur. Perlu diketahui bahwa antibiotik sama sekali tidak bisa membunuh virus karena virus tidak dapat berkembang biak secara mandiri dan memerlukan materi genetik dari sel yang ditumpanginya.

Nah setelah ibu mengetahui hal ini maka tanyakan kepada diri kita berapa banyak dokter anak yang sering meresepkan antibiotik dalam obat ketika bayi/anak menderita sakit flu yang disebabkan virus. Perlu diketahui bahwa pemberian antibiotik kepada pasien flu akibat virus sebetulnya tidak tepat.

Dokter sebetulnya cenderung meresepkan antibiotik karena banyak sekali orang tua yang menginginkan agar obat yang diberikan dokter cepat menyembuhkan bayi. Karena hal inilah seringnya dokter langsung meresepkan antibiotik dalam obat anak yang biasanya berbentuk puyer.

Ibu perlu memiliki sikap kritis mengenai hal ini. Jangan segan untuk bertanya kepada dokter apakah anak benar-benar membutuhkan antibiotik terlebih lagi bila penyakit disebabkan oleh virus. Dokter mungkin beralasan bahwa antibiotik harus diberikan untuk menjaga stamina tubuh bayi dengan maksud menjaga agar tidak ada virus dan kuman lain yang menyerang.

Bayi memiliki sistem imunitas sendiri sehingga bila dia terserang penyakit infeksi, imunitas bayi terpicu untuk bekerja lebih giat lagi dan menngatasi virus tersebut. Infeksi karena virus dapat diatasi dengan memperbanyak istirahat dan memperhatikan asupan makanan. Bila panas melebihi 38.5 derajat celcius maka perlu diberi obat penurun panas dan bukan antibiotik. Antibiotik yang diberi tidak seharusnya kepada anak malah merusak sistem kekebalan tubuh bayi dan anak.

Antibiotik justru akan menurunkan daya tahan anak (imunitas) dan bahkan lebih mudah untuk terjangkit penyakit lagi. Inilah mengapa anak yang terlalu sering diberi antibiotik akan lebih cepat sakit dan berulang lagi proses ini sehingga kunjungan ke dokter bertambah dan anak menjadi semakin mudah sakit.

Antibiotik dibutuhkan ketika kita terserang infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Sebuah contoh penyakit yang membutuhkan antibiotik adalah infeksi bakteri yang menyebabkan infeksi telinga, infeksi sinus berat, radang tenggorokan, infeksi saluran kemuh, tifus, tuberkolosis dan diare.

Nah perlu ibu ketahui bahwa menurut sebuah penelitian, terbukti bahwa 80-90 persen kasus radang tenggorokan bayi tidak disebabkan oleh infeksi bakteri streptokokus. Karena hal ini penanganannya sama sekali tidak memerlukan pemberian antibiotik. Radang tenggorokan karena infeksi streptokokus juga jarang sekali terjadi pada usia di bawah dua tahun atau bahkan di bawah empat tahun

Bila anak terlalu banyak diberi antibiotik maka akan terjadi gangguan saluran cerna, seperti diare, mual, muntah, mulas/kolik, ruam kulit, hingga pembengkakan bibir, kelopak mata, hingga gangguan napas. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa pemberian antibiotik di usia dini dapat mengakibatkan terjadinya alergi di masa yang akan datang.

Efek samping lain yang mungkin terjadi karena pemberian antibiotik yang terlalu banyak adalah terjadi demam, gangguan darah di mana salah satu antibiotik seperti kloramfenikol dapat menekan sumsum tulang dan mengakibatkan menurunnya produksi sel-sel darah. Efek samping lain adalah munculnya kelainan hati pada penggunaan antibiotik eritromisin, flucloxacillin, nitrofurantoin, trimetoprim, sulfonamid.

Golongan amoxycillin clavulinic acid dan kelompok makrolod dapat menimbulkan allergic hepatitis. Sementara antibiotik golongan aminoglycoside, imipenem/meropenem, ciprofloxacin dapat menyebabkan gangguan ginjal.

sumber http://e-kehamilan.blogspot.com/2009/05/efek-samping-antibiotik-pada-anak.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar