Tarot, sekumpulan kartu-kartu yang berisi simbol-simbol yang berhubungan dengan rahasia alam semesta. Catatan perjalanan planet dan rasi bintang, yang punya hubungan erat dengan siklus kehidupan manusia. Tarot sudah tercipta sebelum zaman Nabi Musa, pertama kali datang dari Tao Cina. Kemudian dibawa ke India, lalu ke Mesir. Tarot mulai dikenal ketika dibawa ke Spanyol. Nama tarot semakin akrab terdengar ketika tahun 1376 dibawa ke Italia, dan digunakan sebagai permainan.
Kartu tarot saat itu berjumlah 22 lembar. Setelah diperkenalkan ke Perancis, barulah kartu ini digabungkan dengan 56 lembar kartu bridge. Jumlahnya menjadi 78 lembar.
Setiap kartu tarot yang ditebar memuat unsur psikologi yang mengandung nilai filosofis. Ada 4 elemen warna dalam kartu tarot. Warna kuning mewakili api. Biru, air. Ungu, udara. Dan hijau, mewakili tanah. Elemen-elemen inilah yang digunakan sebagai pedoman dalam membaca perjalanan hidup seseorang.
Orang yang bisa membaca tarot disebut pewacana tarot. Diantara sejumlah pewacana tarot, Ani Sekarningsih, salah satunya. Sejak berusia 13 tahun ia sudah belajar tentang tarot. Tahun 2001, Ani, istri peneliti nuklir ini, mendapat pengakuan tertinggi dari American Tarot Association sebagai Tarot Grandmaster pertama di Indonesia, setelah menerbitkan kartu tarot wayang Indonesia.
Setiap akhir tahun dan memasuki awal tahun, biasanya Ani kebanjiran tamu. Konsultasi umumnya seputar hubungan asmara, karir atau bisnis mereka di masa mendatang. Wajarlah jika kemudian kartu tarot dianggap sangat berperan dalam kehidupan sebagian orang. Terutama bagi mereka yang khawatir dengan masa depannya.
Dengan tarot, seseorang berharap dapat menjalani hidup sesuai keinginannya. Jika saat diramal ditemukan masalah, orang tersebut akan memiliki solusi dan rambu-rambu untuk menjalaninya. Namun membacakan tarot seseorang tak selalu menyenangkan bagi Ani. Ia pernah memiliki pengalaman buruk hingga menyebabkan trauma. Saat itu ramalan yang dibacakannya benar-benar menjadi kenyataan.
Dalam proses peramalan, pertanyaan si penanya harus diikuti juga dengan kekuatan pikirannya. Sebab, keberhasilan jawaban yang diinginkan si penanya, sangat bergantung pada apa yang dipikirkan si penanya saat mengocok kartu tarot. Pikiran si penanya harus fokus pada pertanyaannya. Jika tidak, gambar peta jiwa kartu tarot yang ditarik pewacana tarot, juga akan kacau.
Saat bertanya pada pewacana tarot dalam kondisi pikiran tidak fokus, sekaligus menjelaskan bahwa tidak ada bau mistik dalam membaca tarot, seperti dugaan banyak orang selama ini. Tarot sangat berbeda dengan ilmu terawangan yang tidak bisa memberikan solusi dan rambu-rambu .
Desain kartu tarot yang ada di dunia saat ini, hampir mencapai seribu jenis. Bahkan sudah menjadi industri yang memasukkan devisa negara. Ani sendiri mengoleksi 80 jenis kartu tarot. Meski designnya berbeda-beda, maknanya tidak ada yang berbeda, pengartian tarot disesuaikan dengan angka yang tertera pada kartu dan elemennya. Ini pula yang menjadi alasan mengapa tarot bukan dikatakan sebagai media untuk meramal.
Tarot masih bisa dikatakan cukup realistis dan ilmiah, meski demikian tingkat ke akuratannya tetap perlu dipertimbangkan. Mestinya seseorang tidak menggantungkan masa depannya seratus persen pada keajaiban tarot, tanpa berusaha. Namun adalah sifat manusia yang tidak pernah puas dengan apa yang diinginkannya. Mereka selalu dan akan terus mencari sesuatu untuk memenuhi keingintahuannya dan memuaskan dirinya.
sumber http://serbamacem.blogspot.com/2010/04/ramalan-kartu-tarot-dari-masa-ke-masa.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar