Minggu, 20 Maret 2011

sarjana muda menantang samudra kehidupan

Berbekal keresahan atas kemiskinan di tanah kelahirannya, Langgeng menyimpan sebuah cita-cita di sudut hatinya. Setelah berjuang keras menyelesaikan kuliahnya, ia memutuskan pergi ke Jakarta. Gegas senja di kota itu ternyata amat berbeda dengan yang ada di Kedung Pring. Dia harus menjadi orang yang tak boleh tertinggal, terbentur, bahkan terjatuh di antara gedung pencakar langit yang menjulang.

Mampukah Langgeng—dengan kesederhanaannya—menyamakan langkahnya dengan orang-orang yang beragam warna di Jakarta? Bagaimana ia mencoba berlari, bukan hanya berjalan, menggapai impiannya? Bagaimana dia me-maknai persahabatan dan kisah cintanya di sepanjang perjalanan kehidupannya?

***

“Sangat berani mengangkat tema yang bersahaja dan membumi.
Anda tak akan bisa berhenti membaca buku ini sampai selesai.”
—Anggita Suryo, News Presenter Trans|7

“Novel ini mencoba untuk jujur terhadap realitas, tapi juga sekaligus mengajak
untuk bermimpi tanpa harus muluk-muluk ataupun dibumbui romansa yang hiperbolik.”
—Yearry Panji, Dosen Komunikasi dan Filsafat

sumber;ufuk press

Tidak ada komentar:

Posting Komentar