TERNYATA bukan tanpa alasan mengapa bayi dan anak harus cukup tidur. Tidur merupakan salah satu rangsang bagi tumbuh kembang otak. Karena itu, pada masa kanak-kanak persentase tidur anak harus lebih banyak daripada orang dewasa.
Sayangnya, saat ini banyak “pengganggu” yang membuat waktu tidur anak berkurang. Selain aktivitas anak yang seabrek, mengikuti les, mengerjakan PR, bermain, menonton televisi atau bermain game, membuat anak-anak di zaman modern tidur lebih larut.
Para ahli menyebutkan, anak-anak pra-remaja saat ini tidur kurang dari tujuh jam di hari biasa dan hanya sekitar lima jam saat akhir pekan. Jumlah ini jauh lebih sedikit dibanding waktu tidur anak-anak di era 20 tahun lalu. Padahal, sedikitnya waktu tidur sangat merugikan pertumbuhan dan perkembangan fisik anak.
Perkembangan otak anak akan terus terjadi sejak di dalam kandungan hingga anak berusia 21 tahun, dan sebagian besar prosesnya terjadi saat anak tidur. Karena itu, dampak dari kurangnya waktu tidur akan lebih dirasakan anak ketimbang orang dewasa.
“Banyak dampak negatif yang dirasakan anak, seperti menurunnya prestasi akademik, emosi yang tidak stabil, obesitas, serta meningkatnya gangguan konsentrasi,” kata Dr Avi Sadeh dari Tel Aviv University, yang pernah melakukan penelitian tentang tidur pada anak.
Beberapa literatur juga menyebutkan, gangguan tidur yang terjadi pada masa pertumbuhan akan menyebabkan gangguan permanen pada struktur otak. Anak yang kurang tidur ditengarai akan tumbuh menjadi remaja yang depresi, moody, dan suka minuman beralkohol.
Menurut Dr Sadeh, anak yang kurang tidur biasanya memiliki tingkat kecerdasan (IQ) yang lebih rendah. Hal ini terjadi karena anak yang lelah akibat kurang tidur tidak mampu menyerap informasi atau pelajaran baru karena otak mereka sudah kehilangan “kekenyalannya” untuk membuat sambungan baru.
Penelitian lain menyebutkan, kurang tidur akan mengurangi kemampuan tubuh dalam mengambil glukosa dari peredaran darah. Tanpa glukosa, ada bagian otak yang disebut Executive Function, yang berfungsi menyelaraskan antara tujuan dan konsekuensi tindakan, terganggu. Otak yang lelah juga menghambat pengeluaran ide-ide kreatif.
Sumber : kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar