Sang nenek sudah menasihati, “Jangan kembali ke kota, Cucuku. Kota akan membuat kau lalai dan lupa diri seperti ayah dan pamanmu. Ya Allah, Cucuku. Andai tak terlarang mengata-ngatai orang yang sudah mati, maulah rasanya aku mengutuk mereka berdua. Kalau tidak karena mereka, maka anakku satu-satunya yakni ibumu, tentulah masih hidup…!”
Akan tetapi Erika punya pandangan lain, dan lebih suka menurutkan kata hati. Yang berujung pada sebuah pertanyaan mengerikan dan ia tujukan pada kekasihnya tercinta, “Anak siapa sesungguhnya bayi yang kukandung, Alex?” Dan berakhir pada sebuah keputusan,”Baiklah. KArena itu yang kau inginkan, akan kugugurkan kandunganku sekarang juga. Dan semoga kematiannya ikut mengutuk dirimu sampai mati, sampai kau membusuk di neraka…!”
Lalu Erika menyambar jambangan bunga dari atas meja tamu, menghantamkannya ke tangan kursi yang ia duduki, dan dengan kecepatan yang nyaris tidak dapat di tangkap mata, ujung tajam pecahan jambang dari campuran kristal dan kaca itu ia hujamkan dengan cepat dan kuat. Langsung ke lambung sendiri.
Semua berawal dari munculnya sosok-sosok tak dikenal dalam kegelapan, yang menari-nari liar, mengajak, mengundang, menghina, sekaligus menggoda…!
sumber ;pustaka anggrek
Tidak ada komentar:
Posting Komentar