SIAPKAN mental si sulung sejak Anda mengandung adiknya. Tanpa persiapan yang matang, si sulung akan merasa disisihkan, tak lagi disayang ibu. Akibatnya, ia jadi rewel dan bahkan memusuhi adiknya.
Lahirnya si kecil biasanya menarik bagi Anda, tapi belum tentu bagi si sulung. Ia akan merasa cemburu dan kehilangan, khususnya saat ia melihat “sang pendatang baru” secara fisik berada dalam gendongan Anda seperti ia dulu mengalaminya sebagai tanda dirinya diterima. Ia akan merasa terancam dengan kehadiran adik bayi yang mungkin lebih banyak memperoleh perhatian Anda. Ia juga merasa, bila Anda benar-benar mencintainya, Anda tak butuh anak lain di rumah. Kecemburuannya terhadap kelahiran adik bisa membuat ia membenci adiknya atau bahkan memusuhinya.
Wajar-wajar saja jika ia bersikap demikian. Di usianya, anak batita memang baru belajar melepaskan diri dari ketergantungan totalnya terhadap orangtua. Ia pun masih memerlukan rasa bahwa ia diterima. Ia belum mengenal konsep berbagi. “Ini milikku!” adalah teriakan umum batita, yang digunakannya bukan cuma untuk mainan atau barang-barang lainnya, tapi juga diri Anda.
Selain itu, batita belum memiliki kecakapan bahasa untuk mengekspresikan pikiran dan perasaannya secara verbal, sehingga kurang memungkinkan baginya untuk menyatakan perasaan-perasaannya secara spesifik. Rengekan, kemarahan, dan perilaku negatif lainnya bisa merupakan indikasi ia mengalami kesulitan menyesuaikan diri dengan situasi baru.
Melibatkan anak dalam banyak aktivitas Anda bersama bayi, akan menolongnya belajar berbagi. Juga, dapat meyakinkannya bahwa ia tetap menjadi bagian dalam kehidupan Anda. “Memang pada mulanya merepotkan, tapi bisa disiasati dengan bantuan orang lain seperti ayahnya atau pengasuh. Yang penting, jangan sampai Anda memberi kesan si kakak disingkirkan,” pesan Dra. Shinto B. Adelar, Ketua Himpunan Psikologi Indonesia DKI Jakarta. Dalam pelibatan itu, tambahnya, jelaskan pada anak bahwa ia pun dulu mengalami proses yang sama seperti adiknya. “Dengan demikian, ia akan mengerti bahwa perhatian yang Anda berikan pada adiknya memang perlu dan itu bukan berarti menyingkirkannya,” lanjut Shinto.
Bagaimanapun, kelahiran bayi menuntut penjelasan jujur. Sebaiknya diberikan saat kehamilan baru saja kelihatan. “Jangan tunggu terlalu lama untuk mengatakannya pada anak. Sedapat mungkin, kabar bakal lahirnya adik, ia dengar langsung dari Anda dan bukan dari orang lain. Karena ia akan menjadi sangat cemas melihat Anda yang selalu lelah, muntah-muntah, atau kadang-kadang sakit tanpa alasan jelas,” tulis Vicki Lansky dalam bukunya, Welcoming Your Second Baby.
Menurut Shinto, selain memberi tahu anak tentang bakal datangnya adik bayi, “Ajak si sulung mengikuti perkembangan kehamilan ibunya. Ceritakan apa adanya, meski kita tak yakin ia akan mengerti, apalagi jika umurnya baru setahun. Kita juga tak perlu menunggu sampai ia bertanya lebih dulu,” tutur lulusan Fakultas Psikologi UI ini.
Beberapa anak usia 2 tahun mulai banyak bertanya begitu melihat perubahan bentuk tubuh ibunya. Lainnya ingin tahu lebih banyak tentang kehamilan atau merasakan gerakan bayi di perut ibu. Tapi ada pula anak yang sama sekali tak peduli dan lebih tertarik untuk segera melihat kelahiran adiknya. Apa pun, bimbinglah daya tariknya dan hadapi pilihannya tanpa kritik atau amarah. Orangtua yang mengharapkan anaknya tertarik dengan bayi yang akan lahir, biasanya akan meminta terlalu banyak. Cobalah bersikap realistis. Seorang bayi baru memang sangat menyenangkan, tapi ia juga akan menyita banyak waktu dan perhatian orangtua serta mengalihkan orangtua dari batitanya yang sedang tumbuh enerjik.
SAAT KEHAMILAN
* Jika ia menginginkan dan dokter mengizinkan, ajak ia saat melakukan pemeriksaan rutin kehamilan. Ia pasti tertarik dan senang saat mendengarkan detak jantung adiknya di kandungan Anda.
* Bawa ia saat Anda belanja keperluan bakal adiknya. Anak 2-3 tahun bisa diminta pendapatnya, mungkin soal warna atau model. Begitu pun saat menyiapkan dekorasi kamar bayi, letak boks bayi, lemari pakaian, atau warna dinding kamar. Ia juga bisa diajak mendiskusikan nama untuk adiknya yang akan lahir.
* Kukuhkan ia sebagai seorang kakak. Jangan katakan, “Kamu akan mempunyai seorang adik.” tapi katakan, “Kamu akan menjadi seorang kakak.”
* Jangan lakukan hal-hal yang dapat membuatnya selalu ingin bersama Anda atau menjadi tergantung pada Anda. Mulailah melatihnya untuk main atau makan sendiri sementara Anda berada tak jauh darinya. Gendong ia hanya pada saat ia benar-benar sedang butuh.
* Jika selama ini ia terbiasa seharian bersama Anda secara fisik, latih untuk “berpisah”. Misal, tak mengajaknya saat Anda belanja. Ini penting agar ia tak merasa kehilangan saat Anda melahirkan dan harus menginap di rumah sakit.
MEMBICARAKAN BAYI
* Jangan berjanji padanya, adiknya pasti akan selalu menyenangkan. Katakan yang sebenarnya, seorang bayi akan minum susu sepanjang hari dan malam, mungkin akan banyak menangis, kadang juga akan rewel. Jelaskan pula, hal itu hanya sementara sebelum bayi dapat menjadi teman bermain yang menyenangkan.
* Hindari pernyataan, “Kamu pasti akan menyukai bayi.” atau “Kamu nanti akan senang bermain dengan bayi.” Itu hanya akan membuat ia terganggu dan menimbulkan pertentangan jika ia tak merasakan seperti yang Anda gambarkan padanya.
* Perlihatkan gambar-gambar bayi untuk mengembangkan fantasinya tentang bayi. Tunjukkan album foto-foto dirinya waktu bayi dan ceritakan bagaimana ia dulu saat kelahiran. Putarkan rekaman video dirinya waktu bayi.
* Ajak ia menemui bayi yang baru dilahirkan. Ini akan membuatnya bisa melihat secara langsung bagaimana bentuk dan rupa bayi sesungguhnya.
SEBELUM KE RUMAH SAKIT
* Katakan padanya, Anda akan ke rumah sakit dan menginap beberapa hari, tapi akan segera pulang kembali.
* Beri tahu tentang kemungkinan Anda ke rumah sakit saat ia sedang tidur atau sekolah, juga siapa nanti yang akan menemaninya selama Anda dirawat di rumah sakit.
* Libatkan ia saat Anda menyiapkan baju dan perlengkapan lain yang akan dibawa ke rumah sakit.
* Katakan padanya, Anda akan meneleponnya setiap hari dari rumah sakit dan ia pun boleh menelepon Anda.
* Letakkan foto Anda di kamarnya. Juga, tunjukkan fotonya yang akan Anda bawa ke rumah sakit. Katakan, foto itu akan Anda bawa agar adik bayi bisa “melihat” kakaknya.
* Ajak ia membuat tulisan ucapan selamat datang untuk ia berikan pada adik bayi saat Anda kembali ke rumah.
* Saat Anda berada di rumah sakit, seringlah meneleponnya. Ceritakan tentang bayi, tapi bukan sebagai topik utama. Jangan lupa memberi beberapa pesan penting seperti, “Mama sayang kamu dan Mama akan segera pulang.” atau, “Mama kangen kamu dan ingin cepat-cepat pulang.”
JIKA SI SULUNG DATANG
* Sebaiknya Anda tak menerima tamu lain saat ia menjenguk Anda, agar perhatian Anda hanya terfokus padanya.
* Sambut kedatangannya tanpa kehadiran bayi di gendongan Anda.
* Ajak ia ke kamar bayi atau minta perawat membawa bayi ke kamar Anda, agar ia dapat mengenal adiknya. Buat fotonya bersama bayi.
* Ajak ia memegang adiknya. Tapi jangan terkejut jika perhatiannya singkat dan ia lebih tertarik pada hal-hal lain di dalam kamar daripada bayi.
* Siaplah jika ia menangis atau marah saat tiba waktu pulang. Suka menangis atau marah dapat dimengerti dalam rangka berpisah dari Anda.
KEMBALI KE RUMAH
* Izinkan ia datang bersama ayahnya untuk menjemput Anda di rumah sakit, jika memungkinkan.
* Jika ia di rumah saat Anda pulang, minta orang lain yang membawa bayi masuk ke rumah. Beri ia perhatian khusus untuk beberapa saat.
* Siaplah jika ia menunjukkan reaksi bertentangan terhadap bayi. Ia mungkin terkejut (meski Anda sudah mengingatkan) melihat bayi sering menangis dan tak mengerti segala sesuatu.
MENYIKAPI RASA CEMBURU SI SULUNG
* Beri ia banyak waktu dan kesempatan untuk mengutarakan dan mendiskusikan setiap perasaannya.
* Bantu ia mengidentifikasikan perasaannya, “Adik bayi membuatmu sedih, bukan?” atau “Mama dengar kamu tak suka, ya, dengan adik bayi?”
* Sediakan waktu untuk berdua saja dengan Anda. Entah menemaninya bermain, membaca buku, atau jalan-jalan. Selagi Anda bersamanya, serahkan perawatan bayi pada ayahnya.
* Saat ia dan Anda melakukan satu aktivitas bersama di rumah dan tiba-tiba terganggu oleh bayi, katakan padanya, Anda harus memberikan perhatian pada bayi tapi akan segera kembali untuk main bersamanya.
* Jika ia dan adiknya butuh perhatian Anda pada waktu atau jam yang sama, minta ia datang pada Anda, lalu perhatikan kebutuhannya sambil Anda tetap memberi perhatian pada bayi.
* Ajak ia merawat bayi. Ia dapat melakukan pekerjaan-pekerjaan sederhana seperti membedaki bayi, meletakkan popok kotor di ember atau mengambilkan popok baru (jika disimpan di tempat terjangkau olehnya), membantu memegangi kaki bayi saat Anda mengganti popoknya, dan lainnya.
* Ajak ia bercakap-cakap selagi Anda menggendong atau mengemong bayi. Jika Anda punya batita perempuan, beri ia sebuah botol susu sehingga ia bisa memberi makan bonekanya saat Anda menyusui. Ini akan membantunya mengidentifikasikan dirinya dengan Anda. Juga membuatnya merasa dekat dan terbuka dengan Anda, sehingga bisa menentramkan perasaan kehilangan bahwa ia bukan “bayi” lagi di dalam keluarga.
* Seringlah mengatakan padanya, “Mama sayang kamu. Kamu selalu memiliki tempat di hati Mama.”
* Mungkin ia akan tetap rewel tapi Anda tak usah marah. Itulah cara yang ia gunakan untuk mengatakan pada Anda, ia merasa takut kehilangan cinta Anda. Ia ingin Anda tetap peduli dan memperhatikannya. Jelaskan padanya, cinta Anda padanya tak pernah akan berkurang sedikit pun.
Ayah, Inilah Kesempatan Terbaik !
Hubungan antara ayah dan si sulung sering kurang harmonis saat ibu sedang berada di rumah sakit atau sibuk dengan bayi baru. Padahal, ini adalah waktu yang tepat bagi para ayah dan si sulung untuk lebih sering bersama-sama,” tulis Judy Dunn dalam bukunya, From One Child To Two.
Meski pengasuhan anak bukan semata-mata menjadi tugas ibu, tapi umumnya para ayah kurang melibatkan diri mereka. Jika Anda termasuk salah satu di antara para ayah yang menyerahkan seluruh pengasuhan anak kepada ibu, sekaranglah saatnya Anda untuk mulai. Apalagi jika Anda yang akan menjaganya selama ibu dalam perawatan persalinan di rumah sakit. Anda harus mulai mengajak anak melakukan segala sesuatu bersama-sama sejak ibu hamil.
Ingatlah, batita seringkali menuntut, “Mama, tolong, dong!” Anda tentu tak boleh membiarkan ia bersikap seperti itu terus-menerus, apalagi jika ibu tak dapat melakukannya karena sibuk merawat bayi. Mulailah secara bertahap melakukan kebiasaan-kebiasaan yang selama ini dilakukan anak bersama ibunya. Misal, selama ini anak berangkat tidur bersama ibu dan didongengkan oleh ibu. Untuk tahap pertama, Anda dan pasangan bersama-sama melakukannya, lalu secara bergantian, hingga akhirnya anak terbiasa tanpa kehadiran ibu saat berangkat tidur.
Mungkin awalnya Anda akan bersikap agak malas melakukan semua itu. Tapi semakin banyak waktu Anda bersama anak, Anda akan makin menyukai tanggungjawab baru ini.
Sumber : tabloid-nakita.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar