Senin, 22 November 2010

gaya hidup menghadapi kenaikan bahan pokok

Krisis keuangan di Amerika Serikat pada akhir September 2008 lalu, tak pelak memnimbulkan dampak di berbagai Negara, termasuk Indonesia. Imbasnya kata para pakar ekonomi, akan merasa mulai 2009. Dimana salah satunya akan maraknya PHK. Akankah resesi membuat ekonomi keluarga terpuruk? Bagaimana menyiasatinya?

Agak was-was juga dengan prediksi ekonomi yang cukup berat di tahun 2009. disana-sini orang mulai mewanti-wanti untuk hemat sejak sekarang. Simpan uang untuk antisipasi. Konon, kondisi ekonomi akan terasa berat di pertengahan 2009. Apa iya?

Menurut Lana Soelistianingsih, akonom dari Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, resesi sekarang ini tidak bisa langsung terjawab apakah masuk kategori yang ringan, sedang atau berat. “Kita harus melihat dulu seberapa besar ketergantungan perdagangan kita terhadap internasipmal,” katanya.

Dan kenyataan, krisis Oktober-September 2008 sangat memukul perdagangan, terutama ekspor akibat permintaan pasar luar yang turun drastic. “ Padahal produksi di dalam negeri ini rentetannya banya karena di dalamnya atara lin ada tenaga kerja, “Jelasnya. Bukti PHK besar-besaran itu sudah mulai terlihat sejak akhir 2008 ini.

Di dalam negeri sendiri akan ada pemilu. Pengalaman yang sudah-sudah, setiap kali pemilu, ekonomi lesu lantran kurangnya proyek perekonomian. Pemerintah focus pada pemilu, belanja Negara pun kesedot untuk pemilu.

Diakui Lana, memang belum tahu seberapa besar dampaknya. Namun menurutnya, penurunan cukup lumayan dari target pemerintah, pertumbuhan ekonomi yang semula 6% direvisi menjadi 4,5%. Padahal setiap 1% kenaikan pertumbuhan ekonomi saja bisa menciptakan kesempatan kerja baru bagi 500-700 ribu orang. Sekarang ada sekitar 2% penurunan pertumbuhan ekonomi berarti hampir 2juta tenaga kerja akan terkena dampaknya. Ini akan memukul khususnya mereka dari golongan ekonomi menengah kebawah.”

HARUS OPTIMIS

Meski demikian kata Lana, kita harus selalu optimis menyikapi krisis ini. Apalagi harga BBM akan turun, sehingga masyarakat bisa berhemat biaya transportasi dan kelebihannya bisa dialihkan ke konsumsi yang lain. Perusahaan-perusahaan mau tak mau juga akan memberikandispensasi berupa diskon-diskon untuk menarik minat konsumsi. “Belum lagi adanya pasar –pasar baru seperti dari China, India tapi daya beli masyarakat lebih rendah daripada Indonesia dihitung dari PDB perkapita. Meski kualitasnya bagus tapi jangan mudah tergoda.

Harapan juga muncul dari bangkitnya sector usaha dalam negeri. Menurut Lana, masih banyak peluang yang bisa dikembangkan asal bisa menangkap pasar dengan tepat. Bagi wanita yang terkena imbas PHK, tidak ada salahnya mulai wirausaha baru. Apalagi pemerintah misalnya, telah menyiapkan KUR (kredit usaha rakyat) dengan maksimal pinjaman 5 juta.

GAYA HEMAT YANG CERDAS

Beberapa langkah berikut dapat anda terapkan dirumah untuk menghindari keluarga dari keterpurukan saat resesi ekonomi.

Bentuk Penghematan Penjelasan

* Membuat skala prioritas kebutuhan Membuat skala prioritas kebutuhan harian, bulanan, dua bulanan dan seterusnya. Dengan cara ini, kita dapat mengetahui kebutuhan apa saja secara rutin dan berkala yang harus dipenuhi.
* Membatasi pembelian secara angsuran Pikirkan matang-matang apakah barang yang akan dibeli secara mengangsur itu benar-banar dibutuhkan.
* Mencegah lapar mata Merupakan “impulse buying”, dimana saat lihat langsung beli. Biasanya bila kita jalan ke pasar swalayan, lalu membeli barang-barang diluar kebutuhan yang sudah direncanakan. Sebelum berangkat berbelanja, ada baiknya anda membuat daftar kebutuhan apa saja yang memang diperlukan dan harus dibeli. Dan berusahalah konsisiten dengan daftar tersebut.
* Tidak terpengaruh iklan Jangan terpengaruh oleh iklan yang menyesatkan. Sebaik apa pun mutu dan harganya bila bukan skala prioritas, tinggalkan
* Mengerti manfaat barang Jangan membeli barang tetapi tidak tahu kegunaannya
* Efesiensi total Lakukan efesiensi secara total terhadap pemakaian telepon, listrik, gas, air, pendingin udara dan sebagainya
* Mengatur mobilitas sesuai keperluan Aturlah mana kebutuhan untuk keluarga, mana untuk pekerjaan, untuk komunitas dan lingkungan sekitar.
* Mencari penghasilan tambahan Mulailah pikirkan pekerjaan sambulan di luar pekerjaan tetap. Pekerjaan sambilan sebaiknya tidak menganggu pekerjaan utama agar tidak menganggu karier anda.
* Jagalah kesehatan Kata orang, kekayaan yang paling berharga adalah tubuh yang sehat. Jadi, semua penghematan diatas harusklah bisa membuat kesehatan tetap terjaga dan prima. Jangan sampai dengan dalih ingin hemat, tetapi tubuh malah menjadi sakit.

HADAPI TESESI DENGAN BERHEMAT

Demikian pulang diungkapkan Tejasari, Certified Financial Planner dari lembaga konsultasi keuangan Quantum Magna Financial. Menurut Teja, faktor penting agar resesi tak berdampak besar terhadap kehidupan keluarga dan rumah tangga adalah tetap berpikiran optimis dan melakukan perubahan gaya hidup dengan cara berhemat.

Meski penting, diakui ibu dan anak ini, gaya hidup hemat tak dapat dilakukan secara mendadak dan serta merta. “Harus bertahap, karena kalau tidak siap secara mental, bukan tidak mungkin akan kembali ke gaya hidup semula, bahkan bisa jadi jauh lmelebihi sebelumnya, “jelas Planning Director Quantum Magna Financial ini.

Menurut Teja, salah satu permasalahan yang seringkali membuat keluarga tidak siap menhadapi situasi sulit adalak ketidak seimbangan antara pemasukan dan pengeluaran yang bersumber pada gaya hidup berlebihan. Keluarga sperti ini akan berupaya dengan bersusah payah memenuhi keutuhannya, karena pemasukan yang diperoleh tidak mencukupi.

Gaya hidup seperti inilah (berlebihan) yang seringkali sulit diubah manakala kita menhadapi resesi. Seringkali tidak siap jika harus secara drastic mengubah gaya hidup menjadi lebih berhemat. Akibatnya, tak sedikit kaluarga yang terpuruk di masa resesi ekonomi.

Lantas, caranya berhemat ? “Tentu saja kalau dalam rumah tangga dengan memangkas sejumlah anggaran pengeluaran, baik yang bersifat peribadi maupun rutin, “tegas lulusan ekonok,u Manajemen Universitas Indonesia (UI) ini.

Pengeluaran pribadi adalah pengeluaran yang biasanya berkaitan dengan kebutuhan pribadi, seperti unut penambpilan dan kesenangan. Tak jarang, pengeluaran pribadi ada anggaran tersendiri setiap bulannya. Menurut Teja, pengeluaran pribadi seperti ini dapat ditekan dalam rangka berhemat menghadapi resesi. Makan diluar rumah yang biasanya dua kali seminggu, sekarang mulai masak sendiri di rumah atau diubah sebulan sekali.

Begitu juga menghemat pengeluaran rutin atau kebutuhan sehari-hari bila dilakukan. Namun perlu diperhatikan, penghematan pengeluaran rutin bukan dengan cara menghilangkan sesuatu yang ada setiap hari menjadi tidak ada, tetapi bisa disiasati dengan melakukan penggantian (substitusi) terhadap produk serupa yang mutunya tetap baik, namun harganya relative lebih murah. Misalnya jika terbiasa mengonsumsi daging-dagingan sebagai lauk pauk, para ibu bisa mengganti dengan produk yang bernilai gizi tinggi, seperti telur. Atau mengurangi jumlah pemakaian listrik.

Dilanjutkan lulusan MappFln SIA Australia ini, kunci keberhasilan dari berbagai penghematan adalah perubahan pola piker dan kesadaran untuk hidup berhemat. “Terkadang beberapa orang mencari jalan singkat dan relative mudah agar keinginannya dapat terpenuhi, misalnya dengan menggunakan kartu kredit atau kredit angunan (KTA). Padahal ketika terjadi resesi, hal ini bisa membahayakan kondisi keunangan keluarga.”

Teja menambahkan, pengeluaran-pengeluaran menggunakan kartu kredit dan KTA sangat tidak dianjurkan, terlebih dalan kondisi resesi. Bahkan menurutnya, sebaiknya kita menghentikan penggunaan kartu kredit. “Jika memang sudah terlanjur, sepat dilunasi. Karena saat resesi kita tidak tahu kondisi kedepannya seperti apa. Biasanya pembayaran dengan cara mencicil, dalam situasi resesi bisa saja buanganya semakin hari semakin besar.

MENYIASATI PENGELUARAN RUMAH TANGGA
Siapa sangka harga tahu tempe yang semula sangat terjangkau kian beranjak naik menyaingi harga ikan segar? Agar keluarga tetap mendapatkan kualitas terbaik, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menyiasati pengeluaran :

* Membiasakan diri berbelanja bulanan diawal bulan. Barang barang yang bisa dibeli diawal bulan haruslah kebutuhan sehari-hari dalam 1 bulan seperti beras, minyak goreng, gula pasir, garam deterjen, obat pel, pelembut dan sebagainya yang bisa disimpan selama 1 bulan.
* Berbelanja di pasar induk dengan jumlah banyak atau grosiran, pastinya akan lebih murah ketimbang secara eceran.
* Manfaatkan lahan kosong di rumah untuk ditanami aneka bumbu dapar. Selain menghemat pengeluaran, juga lebih segar dan bebas pestisida.
* Mulailah berkreasi dengan sayuran yang ditumis, tim atau direbus.
* Begitu pula dengan lauk. Anda dapat berkreasi dengan pepes, steam, maupun bakar dan panggang. Selain menghemat pemakaian minyak goreng, anda pun tak perlu khawatir dengan kolesterol dan jantung.
* Jangan membuang jerigen atau botol kemasan. Dengan begitu, dibulan berikutnya anda hanya perlu membeli isi ulangnya saja.
* Bersihkan rumah secara berkala. Barang yang tidak terpakai hanya akan memenuhi dan mengotori ruangan. Koran bekas, aki, besi-besi kran air rusak misalnya, anda bisa menjualnya pada tukang loak keliling. Jika anda kreatif Koran bekas juga bisa disulap menjadi aneka barang yang berguna dan bahkan berpeluang menjadi sumber penghasilan.

CERMAT DALAM INVESTASI DAN KREDIT

Langkah lain yang perlu dilakukan adalah cermat dalam berinvestasi, terutama investasi-investasi dengan risiko tinggi, seperti saham, reksa dana, deposito dan sebagainya.

Namun demikian, cermat dalam berinvestasi bukan berarti tidak melakukan investasi sama sekali. Hanya pada saat resesi, perlu lebih waspada. “Jangan sampai terjebak pada investasi yang bersifat tidak jelas, karena saat resesi bisa jadi sangat membahayakan, “ujar Teja.

Sementara itu, bagi mereka yang sudah telanjur berinvestasi, tidak perlu panic. Misalnya, yang sudah bermain saham. Teja menyarankan agar tidak bertindak gegabah dan menunggu saha hingga sesesi selesai. “Saham biasanya jangka panjang lima atau sepuluh tahun. Jadi tak perlu khawatir karena nilai saham bisa naik lagi.”

Investasi dengan menyimpan barang-berharga juiga perlu dicermati.perhiasan misalnya, penting mempertimbangkan purna jual benda tersebut. “Jangan sampai investasi tidak menghasilkan karena sulit menjualnya lagi atau harganya kerap jatuh bangun.”

Investasi dengan jalan menyimpan sejumlah mata uang asing pun bukan tanpa risiko. Adanya krisis global saai ini, kusrs mata uang asing bersifat fluktuasif (mudah naik turun).

Bila memang masih ingin berinvestasi, lakukan dengan membuka bisnis. Tentunya jenis bisnis yang masih menyedot minat orang kendati sedang terjadi resesi, seperti pendidikan (kursus dan les) serta makanan. Meski terdapat kenaikan harga sehingga modal yang dikeluarkan menjadi lebih besar, potensi konsumen di kedua bidang ini masing terbilang konsisten.

Selain investasim, penting juga mencermati pengambilan kredit tertentu dari bank, bmisalnya kredit rumah. “Ini penting, karena saat resesi suku bunga bank relative tinggi,” ujar Teja. Namun kika keadaan memang sudah sangat mendesak, pengambilan kredit dari bank bisa disiasati dengan jalan mencari bank yang kondisinya relative stabil.

sumber;KARTINI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar