Sabtu, 25 Desember 2010

aliran listrik sembuhkan telinga berdengung

Telinga berdengung bisa terjadi karena terus-terusan mendengarkan suara bising. Beberapa jenis terapi bisa mengatasi gangguan tersebut, salah satunya dengan mengalirkan listrik ke membran telinga.

Suara berdengung pada penderita tinnitus disebabkan oleh kerusakan syaraf yang berfungsi menerjemahkan suara menjadi sinyal tertentu. Ketika syaraf itu rusak, sinyal itu menjadi tidak normal sehingga otak menafsirkannya sebagai dengungan atau bunyi-bunyian lain yang tidak jelas sumbernya.

Metode terapi terbaru tersebut diperkenalkan dengan nama electrical promontory stimulation (EPS). Alatnya berupa elektroda yang ditempelkan pada promontorium, salah satu jaringan yang terdapat pada rongga telinga bagian tengah.

Ukuran elektroda yang digunakan dalam EPS sangat kecil, tidak lebih dari 1/2 milimeter. Benda ini diletakkan pada promontorium, yang posisinya persis di depan cohlea yakni tempat berkumpulnya syaraf-syaraf pendengaran.

Teorinya mengatakan, stimulasi yang diberikan dengan elektroda akan mengacaukan sinyal-sinyal abnormal penyebab suara dengungan di telinga. Mekanisme yang sama juga digunakan dalam menangani nyeri kronis, yakni menahan isyarat atau sinyal nyeri agar tidak sampai ke otak.

Dalam pengujian awal di Hokkaido University, efektivitas alat ini mencapai angka 57,4 persen. Dari 129 orang penderita tinnitus yang dilibatkan, 74 di antaranya mengaku bahwa kondisinya membaik sejak menggunakan alat tersebut.

Saat ini, uji coba dengan skala lebih besar tengah dirancang oleh ilmuwan di Shaare Zedek Medical Center. Dalam uji coba kali ini, para partisipan akan diterapi selama 2 bulan dan akan terus dimonitor perkembangannya.

Menurut Royal National Health Institute for Deaf People (RNID), tinnitus dialami oleh sekitar 1/3 orang dewasa. Beberapa di antaranya merupakan tinnitus kronis, dengan 1 di antara 100 kasus berkembang menjadi sangat parah sehingga mempengaruhi kualitas hidup.

“Kami menyambut baik ditemukannya pendekatan baru untuk mengatasi tinnitus. Penyakit ini sangat mempengaruhi kualitas hidup penderitanya, sehingga butuh pengembangan terapi yang efektif,” ungkap Dr Ralph Holme dari RNID, dikutip dari Daily Mail, Rabu (4/8/2010).

sumber : detikHealth

Tidak ada komentar:

Posting Komentar