Di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, di tepi Jalan Casablanca, tepatnya di Jalan Tebet Utara Dalam ada tempat tongkrongan baru. Keramaian di tempat itu mulai menggeliat tahun 2007. Sejumlah distro, kafe, dan tempat makan berdiri dan menjadi tujuan wisata nongkrong pada akhir pekan. Jalanan yang dulu sepi kini padat oleh kendaraan yang parkir di pinggir jalan.
Di sepanjang jalan ini ada tempat makan yang ramai jadi perbincangan dari mulut ke mulut dan diskusi dari milis ke milis. Namanya Bebek Ginyo. Tempat makan ini tiba-tiba populer. Padahal, restoran ini baru dibuka Mei 2007. Pasti ada yang istimewa di sana.
Suatu malam akhir pekan saya menyempatkan diri mengunjungi tempat makan ini. Hari sudah gelap. Tidak sulit mencari lokasi Bebek Ginyo karena Jalan Tebet Utara Dalam terletak di sisi Jalan Casablanca di samping SMP 115. Betul kata orang, ruas jalan itu ramai sekali. Di sisi jalan kanan dan kiri penuh motor dan mobil diparkir. Plang besar betuliskan Nasi Bebek Ginyo mencolok di sisi kiri jalan. Halaman parkir yang kecil di depan rumah makan itu penuh. Mobil dan motor berbagi tempat berdesakan. Di halaman depan, di sisi kanan, para pengunjung tampak berderet antre untuk mendapatkan menu bebek. Saya ikut bergabung dalam antrean itu.
Rumah makan Bebek Ginyo merupakan resto siap saji dengan layanan self service. Para pengunjung dipersilakan mengambil sendiri sesuai kebutuhan perut masing-masing. Ada nasih uduk dan nasi biasa. Silakan ambil sepuasnya. Banyak atau sedikit harganya sama hanya Rp 4.000. Selanjutnya, lima pilihan bebek tersedia di sebuah etalase kaca yang terbuka. Silakan pilih mana yang Anda suka: Bebek Goreng Kremes, Bebek Goreng, Bebek Bakar, Bebek Balado, dan Bebek Cabai Hijau. Ada juga menu tambahan lain seperti tahu, tempe, dan botok bebek. Saya memilih Bebek Cabai Hijau.
Selanjutnya di meja berikutnya di ujung antrean, sebelum kasir, terdapat deretan lalapan, sambal, dan aneka minuman. Ada dua macam sambal, sambal mangga muda dan tentu saja blendo bebek berwarna kehijauan. Blendo bebek dibuat dari campuran minyak bebek, santan kental, dan sejumlah rempah. Rasanya gurih.
Di Bebek Ginyo, para pencinta bebek tidak hanya dimanjakan oleh ragam menu bebek, tapi juga diajak kembali ke masa lalu. Rumah makan ini didesain dengan nuansa jawa tempo doeloe. Masuk ke ruang makan di dalam rumah kita disergap oleh kekunoan. Di dalam ruangan berjejer meja makan dan kursi yang terbuat dari kayu jati besar-besar. Di dindingnya bertebaran aneka poster iklan jadoel (jaman doeloe). Ada poster rokok ”Kris” yang menampilkan lukisan seorang perempuan dengan sebatang rokok di tangannya. Ada potret kusam keluarga besar yang bediri di depan rumah. Mereka mengenakan beskap, jarik, lengkap dengan blangkon di kepala. Di sudut ruangan berdiri sebuah gong besar. Sementara di langit-langit berputar kipas angin kayu. Ada juga telepon engkol dan radio tua terpajang di ruangan itu. Tempat makan ini seperti sebuah museum mini.
Tapi, orang ramai datang ke tempat ini tentu bukan karena ingin melihat barang-barang antik. Bebeknya empuk, gurih dan tidak amis. Tulang dan dagingnya langsung bercerai ketika ditarik. Cabai hijau yang melumuri daging bebek tidak terlalu pedas. Dipadu dengan sambal mangga serut dan blendo daging bebek bergoyang-goyang di lidah saya.
Berapa ”kerusakan” isi dompet Anda makan di tempat ini? Jauh dari mahal. Semua jenis bebek harganya hanya Rp 14.000. Di warung-warung pecel bebek yang banyak dijumpai di trotoar Jakarta dengan daging bebek yang sering alot Anda harus merogoh kocek lebih kurang sama.
Bebek Ginyo hanya bisa dijumpai di Tebet karena memang belum membuka cabang. Ibu Kardjono, wanita setengah baya si empunya warung, mengatakan, ia dan suaminya masih mencari tempat untuk membuka cabang baru nasi bebek ini. Warung ini adalah usaha tempat makannya yang kesekian setelah sebelumnya kurang sukses membuka warung makan dengan menu yang lain. Nama Ginyo yang diambil sebagai ”judul” bebeknya rupanya nama orang tua Pak Kardjono, suaminya. Tapi, Mbah Ginyo yang sekarang sudah almarhum bukan penjual bebek. Ia pembuat keris di Yogyakarta. Namanya membawa berkah ketika disandingkan dengan bebek.
by;rudi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar