Senin, 23 Agustus 2010

kereta kencana nyi roro kidul

Hari ini adalah hari pertama aku menempati kamar kost baru di kota Yogyakarta, tepatnya di Jalan Timoho. Aku terpaksa pindah dari kost lama karena ada suatu masalah yang tak ingin kuceritakan di sini.

Seperti pada umumnya, aku mengalami kesulitan tidur karena berada di tempat yang baru. Sampai jam telah menunjukkan pukul dua belas malam, mataku masih belum juga mau terpejam, aku benar-benar resah, karena kesepian dan kesunyian merajai.

Aku menarik nafasku panjang sambil menata kembali tempat tidurku, merapikan bantalku, agar aku bisa tidur dengan nyaman. Dan benar saja, tak lama kemudian mataku nyaris terpejam, nyaris. Tapi lagi-lagi tak jadi, karena lamat-lamat kudengar, keteplak…keteplok… keteplak…keteplok… Berulang kali. Itu suara tapak kuda berjalan, diiringi bunyi krincing-krincing, tak berhenti, terus dan terus. Terdengar, semakin keras, semakin jelas.

Bulu kudukku pun berdiri, pikiranku kacau tak karuan, membayangkan sepasukan KERETA KENCANA yang datang dari LAUT SELATAN.

Jangan-jangan KERETA KENCANA NYI RORO KIDUL!!! Yang mungkin akan menjemput tumbalnya!!! Hiiih!

Dengan ketakutan kutarik selimutku sampai ke ujung kepala, lalu aku komat-kamit berdoa. Tak lama kemudian suara itu pun menghilang kembali ditelan kesunyian, aku pun bernafas lega.

Keesokan harinya, di jam yang sama, aku kembali mendengar suara itu.

Keteplak…keteplok…keteplak…keteplok… krincing-krincing…

OH MY GOD!!! Akupun kembali masuk ke dalam selimutku dan berdoa.
Namun bayangan seram terus merasuki otakku. Bayangan kuda-kuda putih menarik KERETA KENCANA berwarna emas dengan hiasan serba emas dan kain-kain panji berwarna hijau yang terus berkibar-kibar. Ada seorang wanita cantik berambut panjang mengenakan pakaian hijau di atasnya. Sementara mengikuti di belakangnya, sepasukan makhluk aneh berwarna hijau berlendir dengan gigi dan cakar yang tajam yang juga mengendarai kuda-kuda putih. Hiiih!

Sumpah, baru sekali ini aku merasa ketakutan yang teramat sangat!

Di hari yang ketiga, aku menyadari sesuatu, kalau aku tak boleh terus begini. Aku tak boleh kalah dengan ketakutanku, maka kuberanikan diri untuk menunggu SANG KERETA KENCANA lewat di tengah sunyinya malam. Lalu jam dua belas pun tiba, jantungku mulai berdebar keras, keringat dingin mengucur membasahi telapak tangan, sementara bulu kudukku tak pernah berhenti bergidik, sambil mulutku tak berhenti berucap doa.

Saat itu pun tiba, kembali kudengar lamat-lamat,

keteplak…keteplok… keteplak…keteplok… krincing-krincing…

Kutarik nafasku panjang di antara sesengalannya dan kuhembuskan kuat sebelum aku membuka jendela kamarku yang ada di lantai atas. Dengan segenap keberanian aku persiapkan diriku untuk melihat hal terburuk sekalipun, dan…

Deg!!!

Kulihat di sana, di aspal jalanan depan kostku, rombongan andong yang sangat banyak, berjalan berbaris hendak pulang ke kandang setelah seharian mereka lelah mengangkut penumpang. Dan satu hal yang membuatku lega. Mereka nyata! Tak ada kuda berwarna putih, wanita cantik, dan makhluk-makhluk aneh seperti yang kubayangkan.
Akupun tersenyum geli, ternyata ketakutanku tak berarti. Mulai saat itu aku tak pernah takut lagi dengan suara,

keteplak…keteplok… keteplak…keteplok… krincing-krincing…

by:onik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar