Wacana uji emisi di motor yang digulirkan Pemprov DKI kembali menuai beragam reaksi. Terutama di kalangan motormania, menimbulkan keresahan tersendiri. Khawatir kalau-kalau besutannya nanti tak lulus pengujian kadar polutan dari bengkel yang sudah disertifikasi.
Jiah… gak usah stres, Bro. Sebenarnya, emisi bisa ditekan bila campuran udara dan BBM dalam ruang bakar tepat. Salah satunya, dengan menyetel kembali karburator dengan benar, bukan lewat cara konvensional alias pakai feeling.
Nah, buat mengingat kembali cara setel yang sesuai anjuran pabrik, bisa simak tahapan berikut. Pertama hidupkan mesin dan tahan pada putaran tinggi dengan memutar throtttle stop screw (sekrup penahan skep) masuk ke arah kanan pakai obeng plus.
Lalu putar air screw ke kanan sampai mentok pakai obeng min. Bila mesin mau mati, putaran mesin ditambah atau dinaikkan dengan memutar sekrup penahan skep ke kanan. Kemudian putar air screw keluar atau ke kiri 2-2,5 putaran.
Lalu setel penahan skep ke arah luar atau kiri sampai putaran rendah (mesin tidak mati). Kalau besutan dilengkapi takometer, putaran dipatok sekitar 1.400-1.500 rpm.
Tahap berikutnya, putar air screw masuk atau keluar secara perlahan untuk mencari putaran mesin tertinggi. Langkah terakhir, putar sekrup penahan skep ke kiri, dicari putaran mesin lebih rendah tapi mesin gak mati (1.400-1.500 rpm).
Cara ini memang sudah baku dan jadi pedoman pabrikan dalam menyetel karburator, tapi masalah kadar emisi gas buang (CO + HC) dan standar Euro II belum banyak yang tahu.
“Sesuai standar Euro II, kadar CO motor yang diijinkan 0,50–1% saat putaran mesin stasioner,” ujar Tjandra ‘Acan’ Djong dari Amiaw Motor Sport (AMS) di Jl. Kemanggisan Raya 3C. Batu Sari, Jakbar.
Untuk mengetahui seberapa besar kadar CO dan HC yang keluar dari lubang knalpot, Suzuki Thunder 125 cc tahun 2007 jadi ‘kelinci percobaan’. Setelah disetel lewat tahapan tadi, lalu diuji alat Automotive Emission Analyzer HG-520 (HESHBON).
Sebelum karburatornya disetel alias masih standar pabrik, didapat hasil; CO sebesar 3,52% dan HC sebesar 292 ppm. Lantaran CO terlalu tinggi, karburator disetel sedikit dan diperoleh CO 0,82% dan HC 59 ppm.
“Cara ngurangi CO juga mudah, cukup putar sekrup penyetel udara ke arah kanan kurang lebih 30 derajat pakai obeng min,” ungkap pria yang lagi kebanjiran orderan servis ini
Hasil tes menunjukkan meski setelan karburator standar pabrik sudah pas, juga bisa disetel lebih tepat lagi dengan Gas Analyzer.
“Intinya kalau kadar CO tinggi, kadar HC pasti juga tinggi, bahasa mekaniknya setelan kering lebih yahud dari pada basah,” tambah Erick mekanik PitStop Motor di daerah Kembang Kerep, Meruya Jakbar.
sumber;http//OTOMOTIFNET
Tidak ada komentar:
Posting Komentar