Sabtu, 31 Juli 2010

amarah kerbau

Tengah malam. Hujan berangin. Sebuah kota tua meringkuk dalam gigil tak
nyaman. Seorang lelaki tua merangkak pilu tak hirau gebalau alam. Seekor
kerbau melenguh riang merancang hiruk-pikuk petaka.

Hanya sekali petir menyambar, ketika rintik tipis tanah menebar bau
kuburan. Tanah liat yang becek menghambat langkah gagah kerbau jantan
yang menembus lorong-lorong kampung. Beberapa batang pisang tumbang
melintang di ujung lorong. Selembar kantong plastik kresek hitam
bergulung-gulung dan tersaruk-saruk diseret angin. Lama sekali waktu
berlalu.

Maka, ketika pagi menyeruak, kerbau pun tiba di perempatan pinggir kota
tua itu. Kekita ada keinginan untuk memamah biak sisa makanan subuh tadi,
seketika itu juga tercengang dan tercenunglah ia. Lain, ada kelainan yang
tertangkap oleh insting kebinatangannya : Siang Ada Bala. Kelabakanlah
sang kerbau. Bagaimanakah ini? Kemanakah aku ini? Lari! Lari! Lari! Ah,
jangan! Jangan lari dulu. Mantapkan dulu serat-serat insting, siapa tahu
tadi ada kerancuan frekwensi, sehingga mengaburkan sekat-sekat hakikat
instingnya.

Kerbau merinding, ketika tatapan tajam seorang lelaki tua menadahkan
tangan kearahnya. Kota tua menyeringai begis memandangnya. Gila! Ini
malapetaka. Insting kerbau tak mungkin lagi terkelabui. Gemetarlah
sekujur tubuh kerbau. Terkencing-kencinglah kerbau.

Ambang batas kesabaran kerbau pun punah. Maka, lari adalah pilihan.
Jadilah kerbau berlari-lari. Jadilah kerbau pelarian. Bergemuruhlah kota
tua. Blingsatanlah orang-orang di jalanan. Terjadilah adegan
kejar-kejaran. Gabuklah suasana perjalanan hari. Jeritan, makian,
cercaan, cemoohan, bisikan, perkiraan-perkiraan, kasak-kusuk terjadi di
sana-sini. Semua saling menuduh. Semua merasa tertuduh. Kegaduhan itu
membuat wajah kota tua semakin carut-marut.

Ketika kerbau tersekap, bala itu semakin dekat. Kerbau terisak menyesali
instingnya. Lelaki tua terkekeh menertawai nasibnya. Kota tua meremang
girang menunggu bala segera datang.

Tengah hari, badai berhujan datang. Kecang badainya. Deras hujannya.
Gemuruh itu mengunyah-ngunyah insting kerbau. *** sumber;serambi indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar